Ada perbedaan antara pencipta dan cerita penciptaan, penciptaan berproses sejak belum ada apa-apa, cerita penciptaan terjadi setelah wujud terbentuk dengan kata lain sebatas kesimpulan persepsi yang diketahui melalui wujudnya
Semisal malaikat ghaib sesungguhnya roh pengetahuan manusia yang tertinggal di dimensi kehidupan, jika malaikat dicipta khusus oleh maha pencipta, di planet ghaib yang mana tempat tinggalnya, sebab tidak ada wujud yang tumbuh mewujud tanpa dasar, semisal kehidupan ini bertumbuh didasari keberadaan bumi, unsur-unsur dasar bumi itu menjadi penopang wujud biologis, wujud itu memiliki roh, bahkan kesadaran sempurna manusia membuatnya memiliki ghaib yang maha sempurna yaitu raja-maya, raja dari segala raja
Kesempurnan kesadaran manusia merupakan batas yang tiada batas, berbekal kesempurnaan sadarnya itulah manusia dapat menyadari penciptanya, dan kesadaran yang maha sempurna itulah yang menyebabkan kemaha ghaibannya yang tidak lain mayanya atau bayangan maha penciptanya, atau wujud yang menghidupi’nya
Kesadaran itu batas tiada batasnya, yang tidak memiliki ujung tidak bertepi, dia yang terendah sekaligus tertinggi, dia wujud juga bukan, dia ada dan tiada karena dia hanyalah kesan atas eksistensi itu saja, dan eksistensi itu mengidentifikasi keberadaanya sebagai DIRI, sang DIRI
Roh malaikat berbeda dengan kepemilikan roh pengetahuan utama yang pernah membangun peradaban maha agung, mereka tidak meninggalkan jejak pengetahuanya kecuali warisan peradaban yang pernah diciptanya dikehidupan, mereka individu-andividu agung yang mewarisi pengetahuan tertinggi, sanghyang manu yang mengetahui jalan manunggal Sang maha pencipta, mereka mengetahui cara mengakses sumber pengetahuan tertinggi yang diwarisi melalui kesadaran tertinggi
Itu mengapa tidak semua jaman mencapai peradaban agung, karena tidak ada peninggalan pengetahuannya di dimensi roh, dan pengetahuan itu hanya bisa diakses melalui pencapaian kesadaran tertinggi,yang artinya harus ada yang hidup yang mencapai kesadaran tertinggi, begitu cara kebijaksanaan semesta memastikan tidak terjadi kesalahan yang berpotensi mengacaukan keseimbangan semesta, sebab penguasaan kekuatan yang tiada batas memunculkan sifat diktator
Seluruh pencapaian itu berjenjang, berproses sedemikian rupa sesuai gerak bandul keseimbangannya, penciptaan oleh maha pencipta bukan seperti bim salahin tukang sihir, seluruh yang terwujud ini menjalani proses evolusi berlanjut, jagat raya tidak tercipta dalam semalam atau dalam seminggu pembagian bulan dari setahun, itu penanggalan
Tentu,
mengulas semua itu akan menghabiskan seluruh waktu hidup, dan pada akhirnya semua kita sadar, bukan itu maksud utama penciptaan, penciptaan itu kesaksian yang menghasilkan pengetahuan, pengetahuan kesejatian diri yang terkait erat pengetahuan penciptaan yang tidak lain pengetahuan tertinggi, pencapaian yang demikian bermakna pengulangan atas upaya pewarisan kekuatan cipta sang Maha pencipta guna memuliakan kehidupanya dan selanjutnya menjadi dasar membangun peradaban Agung,
untuk memuliakan kemanusiaan
Hidup merupakan bayangan atau sisi wujud dari asal sejatiny yang bukan wujud, sedemikian hidup ini bukan untuk mengagung-agungkan asalnya akan tetapi guna memuliakan hidup yang sedang dilayani ini, bukan juga mengagung-agungkan outobiography seseorang yang sudah mati, hidup yang berharga ini tidak dimaksudkan untuk menjadi pengkultus manusia mati, sebab faktanya yang masih hidup yang berpotensi mencipta kemuliaan hidupnya, yang tersisa dari orang mati adalah kenangan baik-buruk perbuatanya semasa hidup
Diri adalah saksi atas sadar sang maha hidup, begitulah kesejatianya,
yang mengidentifikasi diri adalah penyaksi atas sadar yang maha hidup, diri mengejawantah atas sadar penghidupnya, kesaksian sang diri adalah sadar atas hidup penghidupnya
Diantara tubuh pennerjemah sadar penghidupnya itulah letak sang DIRI,
diri tidak lain bayangan atas terjemahan yang hidup itu sendiri, diri itu benih maha hidup pada yang wujud, begitu kebenaran sejatinya, karena yang hidup hanya berasal dari yang hidup, dan seluruh manusia adalah pewaris kesadaran sempurnan-NYA atas keberadaan-NYA
Diri mendapati sadar yang disediakan tubuhnya adalah bayangan dari penghidup itu sendiri, sedangkan tubuh adalah bayangan dari kesempurnaan sang penghidup, apa yang ada – tidak akan tidak ada, apa yang tidak ada – tidak akan ada, apa guna mengada-adakan yang tidak ada karena tidak akan menjadi ada, maka itu dikatakan tidak satupun yang bisa melihatku
Sedemikian rupa kemahaan maha-pencipta tidak teruraikan karena memang tidak pun ada urgensinya, jika memuliaan kemanusiaan adalah yang urgent maka pencapaian kesadaran tertinggi adalah mutlak dibutuhkan, dan selanjutnya berproses melahirkan individu-individu yang memiliki kemampuan mengakses pengetahuan tertinggi melalui kesadaran tertinggi sebagai modal utama pembangkitan peradaban Maha Agung dimaksud
Jika memang benar-benar dibutuhkan, tidak masalah seseorang mengaku Tuhan atau wakil Tuhan jika dimulai atas niat mulia dan tergantung peradaban seperti apa yang telah dia cipta sesuai bukti peninggalannya, jika belum ada kemuliaan hidup yang pernah dia wujudkan, bagaimana mungkin dia di klaim mewakili sang maha pencipta jika tidak mampu mencipta ketika dibandingkan dengan warisan yang ditinggalkan wakil Tuhan pencipta listrik, satu jam saja mati listrik membuat kekacauan Maha dahsyat terjadi : ada yang tidak bisa nyuci karena mesin cuci butuh listrik, setrikaan menumpuk, batre lowbatt, tidak bisa ngeprint tugas , tidak bisa mandi tidak ada air dan seabrek keluhan sejenis
Begitulah adanya
peradaban manusia terlalu lama menjunjung langit, sehingga lupa berpijak pada bayangannya di bumi sebagai pewaris daya kreatif sang pencipta, padahal semua kita sangat paham bahwa wajan tidak jatuh dari langit, kompor, kulkas,hape, pesawat, batu bata dan seluruh yang dimaksud guna kemudahan hidup semata-mata kreasi daya cipta manusia yang diwarisi dari maha penciptanya, bahkan pembuat jarum dan benang penjarit pakaian tidak butuh terimakasih, karena itu kebutuhan dasar hidupnya, demikian sang maha pencipta
Lalu cara berterimakasih pada Sang maha hidup yang memberi kesadaran sempurna di tubuh manusia ini adalah mewarisi kesejatianya guna melayani wujudnya
Atlantia Ra